Wednesday, August 4, 2010

Kewajiban Bertaubat dan Urgensinya





Taubat dari dosa yang dilakukan oleh seorang mu'min --dan saat itu ia
sedang berusaha menuju kepada Allah SWT -- adalah kewajiban agama.
Diperintahkah oleh Al Quran, didorong oleh sunnah, serta disepakati
kewajibannnya oleh seluruh ulama, baik ulama zhahir maupun ulama bathin.
Atau ulama fiqh dan ulama suluk. Hingga Sahl bin Abdullah berkata:
Barangsiapa yang berkata bahwa taubat adalah tidak wajib maka ia telah
kafir, dan barangsiapa yang menyetujui perkataan seperti itu maka ia
juga kafir. Dan ia berkata: "Tidak ada yang lebih wajib bagi makhluk
dari melakukan taubat, dan tidak ada hukuman yang lebih berat atas
manusia selain ketidak tahuannya akan ilmu taubat, dan tidak menguasai
ilmu taubat itu (Di sebutkan oleh Abu Thalib Al Makki dalam kitabnya
Qutul Qulub, juz 1 hal. 179).


Taubat dalam Al Quran


Al Quran memberi perhatian yang besar terhadap taubat dalam banyak
ayat-ayat yang tersebar dalam surah-surah Makkiah atau Madaniah. Kita
akan membaca ayat-ayat itu nantinya, insya Allah.


"Bertaubatlah kepada Allah SWT dengan Taubat yang semurni-murninya".

Di antara perintah yang paling tegas untuk melaksanakan taubat dalam
Al Quran adalah firman Allah SWT:


"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah
tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan
dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan
mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu" (QS. At Tahrim: 8).


Ini adalah perintah yang lain dari Allah SWT dalam Al Quran kepada
manusia untuk melakukan taubat dengan taubat nasuha: yaitu taubat yang
bersih dan benar. Perintah Allah SWT dalam Al Quran itu menunjukkan
wajibnya pekerjaan ini, selama tidak ada petunjuk lain yang
mengindikasikan pengertian selain itu. Sementara dalam ayat itu tidak
ada petunjuk yang lain itu. Oleh karena itu, hendaknya seluruh kaum
mu'min berusaha untuk menggapai dua hal atau dua tujuan yang pokok ini.
Yaitu:


  1. Menghapuskan dosa-dosa


  2. Masuk ke dalam surga.


Seluruh individu muslim amat membutuhkan dua hal ini:


Pertama: agar kesalahannya dihapuskan, dan dosa-dosanya
diampunkan. Karena manusia, disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak
mungkin terbebas dari kesalahan dan dosa-dosa. Itu bermula dari kenyatan
elemen pembentukan manusia tersusun dari unsur tanah yang berasal dari
bumi, dan unsur ruh yang berasal dari langit. Salah satunya menarik ke
bawah sementara bagian lainnya mengajak ke atas. Yang pertama dapat
menenggelamkan manusia pada perangai binatang atau lebih buruk lagi,
sementara yang lain dapat mengantarkan manusia ke barisan para malaikat
atau lebih tinggi lagi.



Oleh karena itu, manusia dapat melakukan kesalahan dan membuat dosa.
Dengan kenyataan itu ia membutuhkan taubat yang utuh, sehingga ia dapat
menghapus kesalahan yang diperbuatnya.



Kedua: agar ia dapat masuk surga. Siapa yang tidak mau masuk
surga? Pemikiran yang paling berat menghantui manusia adalah: akan masuk
kemana ia nantinya di akhirat. Ini adalah masalah ujung perjalanan
manusia yang paling penting: apakah ia akan selamat di akhirat atau
binasa? Apakah ia akan menang dan bahagia ataukah ia akan mengalami
kebinasaaan dan penderitaan? Keberhasilan, kemenangan dan kebahagiaan
adalah terdapat dalam surga. Sedangkan kebinasaan, kekecewaan serta
penderitaan terdapat dalam neraka:




"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga
maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS. Ali Imran: 185.).


Bertaubatlah Kalian Semua Kepada Allah SWT, Wahai Orang-orang yang Beriman

Di antara ayat Al Quran yang berbicara tentang taubat adalah firman
Allah:

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).


Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada seluruh kaum mu'minin
untuk bertaubat kepada Allah SWT, dan tidak mengecualikan seorangpun
dari mereka. Meskipun orang itu telah demikian taat menjalankan syari'ah,
dan telah menanjak dalam barisan kaum muttaqin, namun tetap ia
memerlukan taubat. Di antara kaum mu'minin ada yang bertaubat dari
dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena ia
memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari dosa). Di antara mereka
ada yang bertaubat dari dosa-dosa kecil, dan sedikit sekali orang yang
selamat dari dosa-dosa macam ini. Dari mereka ada yang bertaubat dari
melakukan yang syubhat. Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia telah
menyelamatkan agama dan nama baiknya. Dan diantara mereka ada yang
bertaubat dari tindakan-tindakan yang dimakruhkan. Dan di antara mereka
malah ada orang yang melakukan taubat dari kelalaian yang terjadi dalam
hati mereka. Dan dari mereka ada yang bertaubat karena mereka berdiam
diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam yang
lebih tinggi lagi.

Taubat orang awam tidak sama dengan taubat kalangan khawas, juga
tidak sama dengan taubat kalangan khawas yang lebih tinggi lagi. Oleh
karena itu ada yang mengatakan: "Kebaikan kalangan abrar adalah
kesalahan orang-orang kalangan muqarrabin!" Namun, dalam ayat itu, semua
mereka diperintahkan untuk melakukan taubat, agar mereka selamat.



Pengarang kitab Al Qamus memberikan komentar atas ayat ini dalam
kitabnya (Al Bashair): Ayat ini terdapat dalam kelompok surah
Madaniyyahh . Allah tujukan kepada kaum yang beriman dan kepada
makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar mereka bertaubat kepada-Nya, setelah
mereka beriman, sabar, hijrah dan berjihad. Kemudian mengaitkan
keberuntungan dengan taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan
antara sebab dengan yang disebabkan. Dan menggunakan dengan 'adat'
"la'alla" untuk memberikan pengertian pengharapan. Yaitu jika kalian
bertaubat maka kalian diharapkan akan mendapatkan keberuntungan, dan
hanya orang yang bertaubat yang berhak mengharapkan keberuntungan itu.



Sebagian ulama suluk berkata: Taubat adalah wajib bagi seluruh
manusia, hingga bagi para nabi dan wali-wali sekalipun. Dan janganlah
engkau duga bahwa taubat hanya khusus untuk Adam a.s. saja. Allah SWT
befirman:




"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia, kemudian Tuhannya
memilihnya maka Dia menerima taubatnya dam memberinya petunjuk" (QS.
Thahaa: 121-122).


Namun ia adalah hukum yang azali dan tertulis bagi umat manusia
sehingga tidak mungkin dapat diterima sebaliknya. Selama sunnah-sunnah (ketentuan)
Ilahi belum tergantikan. Maka kembali --yaitu dengan bertaubat-- kepada
Allah SWT bagi setiap manusia adalah amat urgen, baik ia seorang Nabi
atau orang yang berperangai seperti babi, juga bagi wali atau si pencuri.
Abu Tamam berkata:




"Jangan engkau sangka hanya Hindun yang berhianat, itu adalah
dorongan peribadi dan setiap orang dapat berlaku seperti Hindun!


Perkataan itu didukung oleh hadits:



"Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa
yang paling baik adalah mereka yang sering bertaubat". Hadits ini
diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari Anas. Juga taubat itu adalah
wajib bagi seluruh manusia. Ia wajib dalam seluruh kondisi dan secara
terus menerus. Pengertian itu dipetik dari dalil yang umum, Allah SWT
berfirman: " dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah". Karena
manusia tidak mungkin terbebaskan dari dosa yang diperbuat oleh anggota
tubuhnya. Hingga para nabi dan orang-orang yang saleh sekalipun. Dalam
Al Quran dan hadits disebutkan tentang dosa-dosa mereka, serta taubat
dan tangisan sesal mereka.



Jika suatu saat orang terbebas dari maksiat yang dilakukan oleh
tubuhnya, maka ia tidak dapat terlepas dari keinginan berbuat maksiat
dalam hatinya. Dan jikapun tidak ada keinginan itu, dapat pula ia
merasakan was-was yang ditiupkan oleh syaitan sehingga ia lupa dari
dzikir kepada Allah SWT. Dan jika tidak, dapat pula ia mengalami
kelalaian dan kurang dalam mencapai ilmu tentang Allah SWT,
sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya. Semua itu adalah
kekurangan dan masing-masing mempunyai sebabnya. Dan membiarkan
sebab-sebab itu dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang berlawanan
berarti mengembalikan diri ke tingkatannya yang rendah. Dan manusia
berbeda-beda dalam kadar kekurangannya, bukan dalam kondisi asal mereka
(Lihat: Syarh Ainul Ilmi wa Zainul Hilm, juz 1 hal. 175. Kitab ini
adalah mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya Ulumuddin).



Orang yang tidak Bertaubat adalah Orang yang Zhalim



Allah SWT berfirman:




"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula
wanita -wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena)
boleh Jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita
(yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri
dan kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk pangggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman
dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim." (QS .Al Hujurat: 11)


Setelah Allah SWT melarang kaum mu'minin untuk mencela seorang muslim
--baik ia laki-laki atau perempuan-- serta mengejeknya dengan ucapan
yang menyakitkan atau membuatnya susah; dan al-Quran menganggap orang
yang mengejek sesama muslim sebagai orang yang mengejek dirinya sendiri,
karena kaum muslimin adalah seperti satu tubuh; Al-Quran juga melarang
untuk saling panggil memanggil dengan panggilan yang buruk yang tidak
disenangi orang. Perbuatan itu semua akan memindahkan manusia dari
derajat keimanan ke derajat kefasikan. Dari seorang mu'min menjadi
seorang fasik, dan nama yang paling buruk setelah keimanan adalah
kefasikan itu.



Kemudian Allah SWT berfirman:



"Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim". Ini adalah dalil akan kewajiban bertaubat.
Karena jika ia tidak bertaubat maka ia akan menjadi orang-orang
zhalim. Dan orang-orang yang zhalim tidak akan beruntung.

"Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung." (QS.
Yusuf: 23)



Juga tidak dicintai Allah SWT:



"Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim."( QS. Ali 'Imran:
57).

Serta mereka tidak mendapatkan petunjuk dari Allah SWT:


"Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim." (QS. Al Maidah: 51).

Dan mereka juga tidak selamat dari api neraka:



"Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka
itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang bertakwa
dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan
berlutut." (QS. Maryam: 71-72.).

Ayat-ayat yang lain:


Di antara ayata-yat Al Quran yang mengajak kepada taubat dan
menganjurkannya, serta menjelaskan keutamaannya dan buahnya adalah
firman Allah SWT:



"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).


Mengajak Kaum Musyrikin dan Kaum Kafir untuk Bertaubat


Di antara ayat-ayat Al Quran ada yang mengajak kaum musyrikin untuk
bertaubat, serta membukan pintu bagi mereka untuk bergabung dalam
masyarakat muslim, serta menjadi saudara seiman mereka. Seperti firman
Allah SWT dalam surah at-Taubah setelah memerintahkan untuk memerangi
kaum musyrikin yang melanggar perjanjian damai:



"Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. at-Taubah: 5).

"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama." (QS. At-Taubah:
11)



Al Quran juga mengajak orang-orang Kristen untuk bertaubat dari
perkataan mereka tentang ketuhanan al Masih atau ia sebagai satu dari
tiga oknum tuhan! Sedangkan ia sebetulnya hanyalah seorang hamba Allah.
Dan baginya telah terjadi apa yang terjadi bagi manusia biasa. Serta Al
Quran mengajak untuk menyembah Allah SWT saja.



Allah SWT berfirman:



"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
Allah ialah al Masih putera Maryam", padahal al-Masih (sendiri)
berkata: "Hai bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu"
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: " bahwasanya
Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika mereka
tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang
yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka
mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun
kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al
Maidah: 72-74 ).


Bahkan Allah SWT Yang Maha Pemurah juga membuka pintu taubat bagi
orang-orang kafir yang telah demikian keji menyiksa kaum mu'mimin dan
mu' minat, serta telah melemparkan kaum mu'minin itu ke dalam api yang
panas:



"Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar. Ketika mereka duduk di
sekitarnya. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat
terhadap orang-orang beriman." (QS. al Buruj: 5-7.)


Allah SWT berfirman setelah menyebutkan kisah mereka itu, bahwa
mereka membenci kaum mu'minin itu semata karena kaum mu'minin beriman
kepada Allah SWT semata.



Allah SWT befirman:



"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada
orang-orang yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka
tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam dan bagi mereka azab
(neraka) yang membakar." (QS. al Buruuj: 10).


Hasan al Bashri mengomentari ayat ini: "lihatlah kedermawanan dan
kemurahan Allah SWT ini: mereka membunuh para wali-Nya, dan Dia kemudian
mengajak mereka itu untuk bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya!."



Hingga kemurtadan --yaitu orang yang kafir setelah iman- taubat
mereka masih dapat diterima. Allah SWT berfirman:




"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka
beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad)
benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada
mereka? Allah tidak menunjukki orang-orang yang zalim. Mereka itu
balasannya ialah: Bahwasanya la'nat Allah ditimpakan kepada mereka,
(demikian pula) la'nat para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka
kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak
(pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang yang taubat,
sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 86-89.)